Selasa, 20 Januari 2015

Suku Dani

untuk postingan pertama saya , saya akan membahas tentang salah satu suku dan adat yang ada di Papua yaitu suku Dani , berikut mengenai suku Dani :


Suku Dani juga merupakan salah satu suku di Papua yang masih mengenakan Koteka yang terbuat dari kunden kuning. Para wanitanya pun masih menggunakan pakaian berjuluk wah yang berasal dari rumput serat dan tinggal di Honai-Honai sebuah gubuk yang beratapkan jerami atau ilalang.

Sebagian masyarakat Suku Dani sudah memeluk agama Kristen, akibat pengaruh misionaris Eropa yang pernah datang ke lokasi tersebut sekitar tahun 1935. Kendati demikian Suku Dani masih memiliki kepercayaan adat yang lebih dikenal dengan konsep yang dinamakan Atau yang dipercaya bahwa segala kesaktian yang dimiliki oleh para leluhur suku Dani diberikan secara turun temurun kepada kaum lelaki. Kesaktian tersebut antara lain kesaktian menjaga kebun, kesaktian mengobati atau menyembuhkan penyakit sekaligus menghindarinya, serta kesaktian untuk memberi kesuburan pada tanah yang digunakan untuk bercocok tanam. Suku Dani juga memiliki simbol yang mereka namakan Kaneka. Lambang tersebut dipakai saat upacara tradisi yang bersifat keagamaan.

Meskipun suku dani tinggal di hutan-hutan dengan iklim tropis yang sangat kaya akan flora dan fauna papua ini masih melakukan serangkaian upacara adat, salah satunya adalah Rekwasi. Rekwasi adalah sebuah upacara adat yang dilakukan untuk menghormati para leluhur. Di Rekwasi, para prajurit biasanya akan membuat tanfa dengan lemak babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan bunga-bungaan di bagian tubuh mereka. Saat melakukan upacara ini, para peserta juga melengkapi dirinya dengan senjata tradisional seperti tombak, kapak, parang, dan juga busur beserta anak panahnya.

Kepercayaan suku Dani menganut konsep yang dinamakan Atou. Artinya adalah segala kesaktian yang dipunya oleh para leluhur suku Dani diberikan secara turun temurun kepada kaum lelaki. Menurut budaya suku Dani, jenis kesaktian tersebut antara lain adalah kesaktian agar bisa punya kekuatan untuk menjaga kebun, kesaktian agar mampu mengobati atau menyembuhkan penyakit sekaligus menghindarinya dan kesaktian untuk memberi kesuburan pada tanah yang digunakan untuk bercocok tanam.

Namun, dengan seiring berjalannya waktu dan jaman semakin hari semakin modern untuk menjumpai orang papua yang menggunakan baju adat papua yang disebut koteka itu sudah sangat jarang terlihat, rumah adat papua pun sudah jarang di temui. Hanya tinggal beberapa kelompok keluarga saja yang masih tinggal di pedalaman yang masih menggunakan rumah adat serta baju adat papua. Sedangkan orang papua yang tinggal di kota sudah tidak menggunakan lagi baju serta rumah adat papua. Saat ini baju adat papua di buat bukan untuk di pakai melainkan di buat sebagai oleh-oleh/cendra mata jika ada orang dari luar kota yang berkunjung. Biasanya kita dapat berjumpa dengan pedagang yang menjual baju adat senjata adat dll itu di bandara atau di pelabuhan yang ada di papua.
 
 
Suku Dani mempunyai keunikan tersendiri yaitu :
 
1. Tari perang

Suku Dani Di Papua
Ada tiga hal yang menyebabkan Suku Dani berperang, yakni ladang, babi dan wanita. Senjatanya beragam, mulai dari tombak, panah hingga kampak. Jangan heran, tiap suku di dunia memang sering berperang. Meski begitu tenang saja, simulasi peperangan ala Suku Dani dikemas menjadi suatu tarian adat bernama tari perang. Pengunjung yang menonton tari perang Suku Dani pasti jadi pengalaman tiada dua. Kapan lagi melihat mereka menentang senjata dan berlarian layaknya seperti perang sungguhan. Suasananya menengangkan!

2.  Potong jari

Image result for suku dani
Jangan berpikir negatif dulu tentang tradisi potong jari Suku Dani. Tradisi ini merupakan bentuk bela sungkawa dari anggota keluarga yang meninggal. Tradisi potong jari hanya dilakukan para wanita Suku Dani yang sudah beristri. Ketika ada anggota keluarganya yang meninggal, maka jari mereka akan dipotong dengan kampak batu.

Ketika sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipotong jarinya, maka yang dipotong adalah daun telinga atau disebut Ikipalek. Meski begitu, para wanita yang jarinya sudah terpotong tetap hidup seperti biasa. Mereka mengurus anak, ladang dan memasak. Ini adalah bentuk bela sungkawa yang paling dalam. Bagi mereka, rasa sakit dari jari yang dipotong tak seberapa dengan rasa sakit yang ditinggalkan keluarga tercinta.